Sanghyang Heuleut : Merasakan Sensasi Tempat Mandi Dayang Sumbi

Sanghyang Heuleut merupakan salah satu kekayaan alam yang dimiliki Kota Kembang, Banduung. Mata kita akan dimanjakan dengan sejumlah pa...


Sanghyang Heuleut merupakan salah satu kekayaan alam yang dimiliki Kota Kembang, Banduung. Mata kita akan dimanjakan dengan sejumlah panorama alam yang begitu mengagumkan, hasil ciptaan Tuhan. 

Berkunjung ke Bandung, sayang rasanya jika hanya menikmati ribuan tempat makan unik atau belanja produk fashion di factory outlet atau distro-distro yang tersebar di sana. Jika kita memiliki jiwa yang sangat mencintai keindahan alam, di Bandung Anda akan dimanjakan dengan itu semua. Pasalnya, Bandung menyimpan ratusan bahkan ribuan kekayaan alam, mungkin bisa dibilang setiap sudut Bandung terdapat keindahan yang sayang jika tidak dilihat dan diabadikan.

Kali ini saya diberi kesempatan oleh Tuhan, bisa berkunjunng ke tempat mandinya para bidadari dan dewa kayangan, Sanghyang Heuleut. Menurut definisi harfiah bahasa Indonesia Sanghyang berarti Tuhan atau Dewa sedangkan 'Heuleut' memiliki arti antara dua waktu atau sesaat. Secara terminologi, Sanghyang Heuleut merupakan tempat mandi atau tempat singgah sementara para bidadari dan dewa di bumi, dan itu ada di Jawa Barat.

Kisah legenda Sangkuriang yang mencintai ibunya sendiri Dewi Dayang Sumbi, Sanghyang Heuleut ada kaitannya dengan cerita ini. Konon, ibunda Sangkuriang sering mandi di Sanghyang Heuleut atau sekadar meminum airnya. Selain itu, menurut cerita rakyat setempat, terdapat bidadari-bidadari cantik dari langit yang menjaga sungai tersebut. 

Seperti biasa, tempat-tempat yang kaya akan mitos selalu dikunjungi orang-orang untuk melakukan samadi atau meditasi untuk melakukan ritual-ritual magis atau sekadar menikmati keindahan pemandangan di sekelilingnya. Sebab, di Sungai Sanghyang Heuleut, mata kita akan dimanjakan dengan jutaan batu-batu alam dan aliran sungai dari Danau Citarum Purba.

Mulanya, tempat ini sangat disakralkan oleh warga sekitar. Mereka tidak berani untuk mengunjungi tempat itu di hari-hari biasa, ada jadwal tertentu yang dipercaya Dewi Dayang Sumbi turun ke bumi dan mandi di tempat itu dan jika kita tidak berhati-hati malapetaka akan menimpa. 

Surga Tersembunyi itu ada di Bandung

Ya, saya menyebutnya surga, karena pemandangannya yang begitu menawan. Meski perlu banyak tenaga menempuh Sanghyang Heuleut tetapi setiba di lokasi semua lelah dan rasa takut terbayar dengan keindahan panoramanya. 

Sanghyang Heuleut masih satu area dengan Sanghyang Poek dan Sanghyang Tikoro. Rutenya adalah, kita akan melewati Sanghyang Tikoro dulu, lalu Sanghyang Poek dan terakhir Sanghyang Heuleut. Ketiga tempat itu merupakan tempat mengalirnya aliran sungai Citarum Purba atau Danau Purba.

Untuk menempuh Sanghyang Heuleut kita harus melewati bebatuan besar, sebetulnya ada dua area yang bisa dilewati menuju tempat mandi Dewi Dayang Sumbi itu, yakni lewat jalur bebatuan atau pinggir sungai atau lewat hutan. Saya dan kawan-kawan dari pecinta alam UIN Bandung memilih untuk lewat jalur hutan, karena teksturnya tanah lebih bersahabat untuk dipijaki daripada lewat batu. 

Selama kurang lebih satu jam setengah kami berjalan kaki menuju surga tersembunyi itu. Kaki sudah terasa panas karena jalanan hutan cukup terjal dan perlu mengeluarkan tenaga ekstra. Setelah melewati hutan sepanjang 3-5 km, kita harus melewati jalur sungai, di sana kaki akan seperti direfleksi oleh batu-batu kecil dan besar.

Selama di perjalanan kita harus ekstra hati-hati saat melewati bebatuan, sebab jarak batu antara batu lainnya cukup jauh dan harus melompati bebatuan yang didominasi oleh lumut dan dialiri air sungai itu. Disarankan untuk menggunakan sepatu gunung atau sendal gunung, karena jika menggunakan sepatu biasa besar kemungkinan sepatu akan rusak dan kepeleset ke dalam air dan itu sangat membahayakan bagi diri Anda sendiri maupun orang lain, karena di sana tidak ada tim rescue, jadi harus bisa menjaga diri.

Setelah berjalan kurang lebih satu setengah jam, saya hampir putus asa, badan sudah lelah, berkeringat dan kaki mau putus karena sungai keramat itu belum juga nampak. Akhirnya, kami istirahat sejenak di atas bebatuan besar. Ternyata, setelah memanjat batu besar mata saya dibuat berlinang, tubuh saya kembali segar dan bersemangat, sebab dibalik batu besar itu di sanalah kita dapat melihat hamparan sungai Sanghyang Heuleut yang sangat bersih.


Tanpa basa basi atau malu, saya akhirnya membuka baju di hadapan kawan-kawan baru saya itu. Salah satu teman saya yang mengenakan jilbab dengan percaya diri membuka jilbabnya dan hanya mengenakan kaos pendek di hadapan banyak pria. Mungkin perasaannya saat itu sama seperti saya, lelah, namun itu semua terbayar dengan menyentuh air sungai yang dingin disertai pemandangan indah.

Badan yang tadinya seperti dibakar matahari, pada saat menyelam ke dalam air seperti diguyur air es, adem. Nikmat luar biasa, rasa lelah, putus asa, depresi di perjalanan tadi hilang seketika, saya kemudian berteriak mengucap syukur kepada Tuhan karena sudah bisa diberi kesempatan menikmati hasil ciptaannya.



Cerita menarik

Selama di perjalanan, kami istirahat di beberapa titik di atas bebatuan jenis Karst. Mata kami dikejutkan dengan munculnya beberapa ekor kera hutan. Awalnya takut tapi saya memberanikan diri untuk memanggil kera-kera itu dengan cara berteriak, namun panggilan saya tidak digubris oleh mereka.

Setelah sampai di danau dengan ukuran sekira 5-10 meter itu mereka mengumpat ke atas batu yang ditumbuhi pohon-pohon besar di atasnya. Saya penasaran dan mencari-cari keberadaan mereka, dan ingin memfoto. Usai membasahkan diri di dalam air sungai, saya akhirnya beristirahat di sebuah batu besar di pinggir sungai. 

Beberapa saat setelah asyik merebah badan sambil merokok, kera-kera itu iseng mungkin ingin mengajak bermain. Kami yang berada di bawah kejatuhan reruntuhan batu kecil, kemudian langsung melompat dan pindah tempat takut batu besar menimpa kami, tapi beruntung bukan batu besar yang jatuh pada saat itu.

Surga gratis cuma di Bandung

Setelah hampir satu jam lebih menikmati Sanghyang Heuleut kami akhirnya pulang dengan rute yang sama. Oiya, untuk masuk ke Sanghyang Heuleut pendaki tidak perlu mengeluarkan uang, karena surga kecil di bumi itu gratis tidak ada tiket untuk masuk ke dalamnya. 

Yang perlu disiapkan hanya uang bensin dan makan untuk mengisi tenaga saat menempuh jarak 40 km lebih dari Bandung Kota menuju Cipatat, Cimahi, Bandung Barat. Jangan lupa untuk membawa air mineral selama perjalanan karena anda bisa terkena dehidrasi karena jaraknya cukup lumayan dan hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki.

Selain itu, bagi pengendara motor jangan lupa pakai masker penutup wajah dan sarung tangan, agar paru-paru tidak kena polusi dan kulit tangan menghitam. Sebab, saat melewati jalan Cipatat, Citatah dan Raja Mandala, Anda akan bertemu dengan ratusan kontainter pengangkut batu besar. Debu dari batuan sedimen itu sangat membahayakan untuk paru-paru Anda, cuaca panas juga dapat merusak kulit tangan saat melintasi jalan tersebut.

0 komentar: