Aku Pernah Melihat Tuhan!

"Aku pernah melihat Tuhan, Dia berpesan untuk selalu berlaku bijak di muka bumi, lakukan kenakalan sedikit tapi jangan membahayak...


"Aku pernah melihat Tuhan, Dia berpesan untuk selalu berlaku bijak di muka bumi, lakukan kenakalan sedikit tapi jangan membahayakan, dan jangan terlalu naif atau suci, itu berbahaya," kata seorang pria bernama Aden yang mengaku pernah bertemu Tuhan.

Aku terperangah mendengar kalimatnya, dia begitu meyakinkanku bahwa apa yang diucapnya itu suatu kebenaran bukan kebetulan. Lewat kata-katanya, aku tidak bisa melihat apakah itu merupakan imajinasi seorang Aden atau memang betul terjadi.

Aden ingin mengundang beberapa penulis dan wartawan untuk mengisahkan pengalamannya di surat kabar dan mengi'lankan kepada seluruh lapisan masyarakat bahwa Tuhan memang betul-betul nyata, bisa dilihat dan bahkan mampu berbincang dengan kita.

Pria blesteran Paris dan Jawa Tengah ini begitu yakin akan niatnya, dia tidak takut diboikot atau dikecam berbagai aktivis agama fanatik. Sebab, membicarakan Tuhan tak lazim di negara ini, mereka bisa mengusik tidur Aden dan keselamatannya akan terancam setelah mengungkapkan hal itu.

Aku terheran, mengapa Aden sangat percaya diri dengan apa yang dilihatnya itu hingga ingin memberitahu banyak orang. Mungkin, dia memiliki alasan penting, yang belum kuketahui sampai saat ini. Aden pernah bilang, dengan diungkapkan hal tersebut ia ingin memberi masukan kepada seluruh masyarakat bagaimana cara beragama dan menyikapi kehadiran Tuhan.

Apakah pantas seorang Aden hendak menggurui masyarakat tentang Tuhan dan Agama? aku rasa mereka akan meludahi Aden. Orang tidak akan mungkin percaya dengan perkataannya, Aden bukan manusia suci seperti nabi atau seorang pemuka agama. Dengan mengungkapkan bahwa dirinya pernah melihat Tuhan, bukan pengakuan yang ia dapatkan melainkan hinaan dan celaan bertubi-tubi dari masyarakat.

Seorang pemuka agama saja, yang mungkin sering bertemu dengan Tuhan lewat mimpi atau nyata tidak pernah sepamer Aden. Mereka justru mengisahkannya lewat Tulisan dengan menggunakan bahasa sastrawi dan jarang orang mengerti maksud dan alur ceritanya.

Aden hanyalah seorang penulis yang memiliki imajinasi cukup tinggi, tulisan-tulisannya selalu nyata seperti bukan fiksi. Menariknya, beberapa cerita pendek dan juga cerita bersambung milik pria aneh itu selalu kejadian. Seakan-akan dia sedang menuliskan takdir seseorang dan memberi gambaran apa yang terjadi di masa depan.

Hasil karyanya membuatku takjub, sebagai seorang pembaca, tulisan-tulisan Aden bak sihir sangat menghipnotis dan mataku tidak merasa lelah, baru membuka halaman pertama rasanya ingin merampungkan kisahnya yang berjumlah ratusan halaman itu.

Selain berprofesi sebagai penulis Aden juga merupakan seorang pria flamboyan, suka main perempuan. Permainannya cukup tabu, membawa mereka ke dalam kamar dan melakukan hal paling mengasyikan dan memabukkan. Aden mengatakan, pada saat bisa memainkan alat vitalnya bersama seorang wanita, ia menemukan cara terbaik untuk bersyukur dan mengagumi keagungan Tuhan.

Dari permainan itu dia mengaku mendapatkan jutaan inspirasi untuk menelurkan karya baru. Pernah suatu ketika, sedang asyik bercinta di dalam kandang kuda penuh jerami Aden merasa geram lantaran tidak merasakan kenikmatan dan kepuasan dari tubuh seorang wanita. Yang ia rasakan saat itu hanyalah kesakitan sedemikian hebat dan hampir meregang nyawa.

Awal mula Aden merasakan kesakitan hebat saat bercinta pada saat ia telah membuka pakaian luar dan dalamnya di hadapan seorang pelacur yang dibayarnya cukup mahal. Ketika melakukan hubungan intim, Aden sang pengelana cinta melakukan beberapa teknik seks yang dijabarkan dalam kitab Kamasutra. Selama hampir tiga jam, tiga ronde berhasil dilampauinya dengan asyik di kandang kuda. Ternyata, Aden belum juga puas, dia membayar lagi pelacurnya dan melakukannya adegan panas itu lagi. Meski sudah tiga ronde ia jalani, dia ingin melakukannya lagi. Tenaganya masih kuat, sekuat tenaga kuda mengarungi jalanan terjal ribuan kilo meter.

Sebelum memulai ronde terakhir, Aden mandi besar. Setiap bercinta baik sebelum maupun sesudah dia mandi besar serta berdoa kepada Tuhan agar diberi kepuasan dan kenikmatan saat melakukanya. Setelah mandi dan sudah di atas perut pelacurnya, dia mulai mengisap-isap puting berwarna kopi seperti bayi baru lahir, kemudian menciumi leher dan bibir pelacur molek berusia 17 tahun itu. 

15 menit melakukan foreplay, Aden merayu si pelacur untuk mengisap bagian vitalnya agar klimaks. Setelah itu, baru dia memasukan mahkotanya, ke dalam lubang surga milik pelacur itu secara perlahan dan kemudian memberikan ritme goyangan untuk memberi sensasi nikmat ketika masuk ke dalam gua paling syurga yang diciptakan Tuhan kepada wanita itu. Tak puas dengan gaya yang biasa, Aden lantas mengangkat kaki kiri si perempuan ke pundaknya agar mendapat kepuasan yang maha mengasyikan.

Wajah pelacurnya pucat, ia tampak seperti ikan kehabisan oksigen, kelelahan dan ingin pingsan melayani Aden. Pelacur yang melayan Aden mengerang cukup kencang, mendengar suara itu, Aden juga berteriak karena ada sesuatu yang menyakitinya lantas melepas alat kebanggaan miliknya itu dari lubang syurga si pelacur. Merasakan sakit yang begitu hebat, wajahnya tiba-tiba memerah, matanya terbelalak seperti mau keluar kemudian terbirit-birit menuju kamar mandi.

Di dalam kamar mandi kuda, Aden melihat ada darah keluar dari alat kelaminnya itu, dia berteriak sekencang mungkin hingga membuat si pelacur kaget. Tanpa busana dia berlari menghampiri Aden di kamar mandi kuda, yang jaraknya hanya lima meter dari tempat mereka bercinta. Pelacur itu berusaha menenangkan Aden, lalu menghubungi ambulans untuk meminta pertolongan medis. Sambil menunggu mobil ambulan datang, pelacur itu memakaikan baju Aden dan membersihkan tubuhnya yang bau sperma, agar mereka tidak curiga bahwa keduanya habis melakukakn seks di dalam kandang kuda.

Jarak antara kandang kuda menuju rumah sakit cukup jauh. Membutuhkan waktu sekira satu jam untuk tiba di rumah sakit, di dalam ambulan Aden memegang tangan si pelacur dan menjambak rambutnya sangat kuat sambil melotot kesakitan. Bangunan tiga lantai dengan simbol farmasi tampak dari kaca jendela ambulan, Aden sudah tidak kuat lagi menahan rasa sakit dan meminta perawat di dalam ambulan untuk segera menurunkannya dari mobil berukuran tiga meter itu yang berisikan tabung oksigen dan P3K. 

Setibanya di rumah sakit, Aden langsung dibawa ke ruang gawat darurat, sambil memegang kemaluannya ia memohon kepada Tuhan untuk menghentikan rasa sakit itu. Entah apa yang membuatnya sedemikian histeris kesakitan dan mengeluarkan banyak darah dari kemaluannya. Mungkin karena pelacur itu telah memberi penyakit kepadanya, atau karena aksesori yang dipakai si pelacur pada bagian intimnya menusuk alat kelamin Aden. Entahlah.

Pelacur itu merasa bersalah, lantas kabur tanpa menunggu Aden ditangani dokter hingga siuman. Melihat si pelacur kabur di hadapannya, Aden berteriak sambil menjerit kesakitan hingga urat lehernya mau meletus keluar dari lapisan kulit arinya dengan wajah memerah. Namun, wanita jalang itu tidak menghiraukan Aden, dia lantas memanggil taksi untuk mengantarkan pulang.

Selama hampir dua jam lebih Aden ditangani dokter, tim medis kesulitan mencari penyebab keluarnya darah dari kelamin Aden. Alhasil, dokter menemukan ada hal ganjil di lubang kencing kemaluannya. Tanpa persetujuan Aden, dokter memotong alat vitalnya sedikit karena ada suatu benda yang masuk ke lubang kecil kemaluannya. Sepanjang penanganan dokter, Aden tidak berhenti berteriak lantaran merasa kesakitan cukup dahsyat. Mereka akhirnya membius Aden dengan morphine dosis tinggi agar dia tenang dan tidak berhenti memekakkan telinga tim medis dari teriakkannya.

Aden dibuat pingsan dan tak sadarkan diri, saat dokter mengutak-atik kemaluannya. Alhasil, dokter berhasil mengangkat benda tersebut, mereka cukup kaget lantaran jerami berukuran 5cm itu masuk ke lubang kecil di kemaluan Aden. Kemudian mereka menaruh hasil tangkapannya itu, di dalam sebuah plastik yang ditaruh di atas meja dekat ranjang Aden. 

Tiga jam pingsan, akhirnya Aden siuman. Melihat Aden telah sadarkan diri, seorang perawat perempuan menghampirinya untuk memberikan obat.

"Apa yang terjadi kepadaku, sus?," tanya Aden kepada perawat bernama Rashi itu.

Tak sepatah katapun keluar dari bibir seksi Rashi, ia hanya memberi kode agar Aden melihat sendiri apa yang terjadi pada dirinya. Sambil tersenyum dan mengerlingkan mata kepada si perawat, Aden lantas membuka selimut yang menutupi kemaluannya itu dan berteriak lagi hingga membuat pasien lainnya terkejut.

"Tidaaaaaaaak," teriak Aden.

Aden melihat kemaluannya telah berubah ukuran, alat kelaminnya itu tampak sangat pendek dan membesar di bagian ujungnya. Pria jantan itu lantas menangis histeris seperti anak kecil di dalam kamar pasien.

"Jangan lakukan ini padaku, Tuhan. Tolong," pintanya sambil menengadah ke langit-langit bangsal rumah sakit.

Mendengar ceritanya, aku tertawa terbahak-bahak hampir terkencing-kencing. Bagaimana tidak, ia bercerita sambil mengekspresikan kesedihannya dan aku merasa itu adalah hal paling bodoh yang dilakukan Aden karena bercinta di dalam kandang kuda penuh jerami. 

Namun, hal itu tidak membuat Aden menghentikan kebiasaan abnormalnya. Dia justru ingin mencobanya lagi, dengan alat vital berukuran kecil seperti itu, dia justru tertantang dan mengetes seberapa hebat miliknya. Sudah tiga wanita yang merasa geli dan menertawakan kemaluan Aden usai melakukan seks.

Pria berparas tampan itu tak peduli dengan apa yang dilakukan para pelacur terhadapnya. Dia hanya ingin mendapatkan kepuasan untuk memantik inspirasi menulis fiksi. Sebab, jika Aden tidak melakukan kebiasaannya itu, dia tidak akan mendapatkan judul baru untuk cerpen dan cerbungnya.

Apakah kau percaya Aden pernah melihat Tuhan, dari tingkah lakunya saja mustahil Tuhan menampakkan wajah kepadanya. Kepercayaanku belum 100% tentang apa yang dikatakannya itu. Mana mungkin manusia penggila seks bisa melihat Tuhan, budak Tuhan saja tidak semuanya bisa melihat apalagi Aden?

Melihat keraguanku, lantas Aden menceritakan awal mula dia bertemu dengan Tuhan. Suatu ketika sepulang dari mencicipi kemolekan tubuh wanita, Aden menemukan sesosok mayat bayi laki-laki, di sebuah semak belukar dekat rumahnya. Hanya dia yang melihat bayi malang itu, karena tidak ada satu orangpun yang melintas di jalan tanpa lampu penerang jalan dengan pohon di rindang di sisi kiri dan kanannya.

Ketika melihat mayat bayi itu, tubuh Aden tiba-tiba menggigil, nafasnya sesak dan muntah karena bau anyir yang begitu menyengat menelusup ke lubang hidugnya. Raut wajah Aden mendadak pucat akibat ketakutan, sambil memegang telefon genggam dengan tangan gemetaran Aden berusaha menghubungi pihak kepolisian terkait penemuan bayi laki-laki berbalut kain batik yang masih ada tali pusarnya. 

Sambil menunggu polisi datang, Aden terduduk bersandar pohon sambil menangis meraung-raung. Entah apa yang dipikirkannya pada saat itu, yang jelas Aden merasa dibayangi oleh dosa. Aden melakukan seks dengan sejumlah wanita muda dan beberapa di antara mereka mengandung anaknya, tanpa perasaan Aden meminta wanita yang dihamilinya itu untuk menggugurkan kandungannya.

Perasaan dan pikiran semacam itu yang bergelayut di dalam hati Aden hingga membuat tangisnya pecah saat melihat bayi laki-laki yang baru berusia tiga hari itu. Dia merasa telah berdosa karena dari perbuatannya hampir ratusan nyawa dibunuhnya lewat rahim wanita.

Sungguh nahas nasib bayi tersebut, orangtuanya sangat keji sampai hati membunuh anak yang baru dilahirkannya itu. Dia tak habis pikir mengapa orangtuanya membuangnya di antara semak belukar seperti ini, mungkin sebelum ditaruh di semak-semak bayi laki-laki itu sempat dicekik lehernya atau ditenggelamkan ke dalam bak mandi karena di leherya terdapat bekas cekik dan badannya membengkak kebiruan.

Imajinasinya mulai liar dan rasa takut yang menyelimuti perasaannya 
semakin hebat. Dia mulai berpikir, apakah bayi itu dari spermanya yang dia celupkan ke dalam rahim seorang wanita atau bukan. Tangisan Aden pecah, tidak bisa dibendung lagi, seakan merasa bersalah dengan apa yang diperbuatnya beberapa waktu lalu.

Tanpa menunggu polisi datang, Aden berlari kencang mencari jalan ke rumahnya. Langkah kakinya semakin cepat dengan sekuat tenaga dia berlari ke rumahnya. Sesampainya di rumah, Aden langsung ke kamar mandi untuk mencuci muka dan mandi. 

Bersambung...

0 komentar: