Hikayat Pembunuhan Pejoang Sawit (2)

Rekonstruksi Pembunuhan Jopi (Courtessy : Raiza Andini) Menyambung kisah sebelumnya.. Barangkali, orang menyangka bahwa Bung Jopi...

Rekonstruksi Pembunuhan Jopi (Courtessy : Raiza Andini)

Menyambung kisah sebelumnya..

Barangkali, orang menyangka bahwa Bung Jopi meninggal karena dia merupakan seorang preman dan layak dibunuh secara sadih. Yang ingin penulis sampaikan di sini adalah jangan sampai ada fitnah maupun opini yang menyudutkan seseorang, karena kita tidak tahu seperti apa cara Tuhan mengangkat ruh kita.

Dalam sangkaan penulis, Jopi meninggal secara terhormat, dilihat dari begitu banyaknya atensi masyarakat pada relawan Joko itu. Di sisi lain, muncul beberapa suara dari berbagai aktivis kelapa sawit, pegiat anti-korupsi, sampai adanya isu pembangkitan kaum adat di Indonesia agar lebih sejahtera dan terpantau oleh pemerintah karena selama ini mereka terbengkalai bahkan tak dilirik oleh pemerintah daerahnya sendiri.

Bisa jadi dengan kematian Bung Jopi banyak orang yang sadar akan kondisi carut marut di Indonesia, terlebih apa yang sedang diperjuangkan pria asal Sumatera Utara itu yakni sebagai orang yang memperjuangkan kelapa sawit Indonesia dan juga masyakarat adat. Bahkan Jopi juga pernah menjadi salah satu aktivis ramah lingkungan bernama Greenpeace.

Saya cukup takjub dengan banyak orang di laman sosial Twitter yang begitu perhatian dengan kematian anak rantau itu. Pada saat jenazah Jopi tiba di rumah AMAN, pelayat dari berbagai kalangan tumpah ruah di sana dari mulai aktivis, wartawan, sampai orang yang baru sekali bekerjasama dengan Jopi datang untuk memberi penghormatan terakhir.

Bagi sebagian orang yang tidak mengenal dekat sosok Jopi mungkin hanya mengomentari hal-hal negatif. Penulis sendiri tidak mengenal siapa Jopi itu, dia hanya mengetahui lewat dunia maya yang termaktub di beberapa laman sosial, kemudian menyimpulkan orang yang katanya meninggal saat mabuk, bertato dan memiliki tampang preman itu merupakan orang baik yang selama ini telah memperjuangkan nasib kaum adat di Indonesia.

Sedangkan komentator yang memberi argumen tendensius dan menghina kematian Jopi merupakan orang asing tanpa mengenal sosok Jopi lebih dekat. Di antara mereka mungkin pernah tersakiti hatinya dengan segala macam kritik dari Jopi. Namun, apakah menghardik kematian seseorang seperti itu membuat mereka terlihat "Jago"? atau lebih baik dari malaikat sekalipun.

Apakah orang yang mengomentari kematian Jopi sebagai kematian paling buruk itu adalah orang paling suci di muka bumi? atau merasa agamanya lebih baik dari siapapun?

Sementara, si lusuh, pemabuk, perokok, bertato dan cungkring (Jopi) itu telah menyelamatnya ratusan hektar lahan kelapa sawit yang selama ini dikuasai oleh mafia minyak dari penjuru dunia. Dia telah menyelamatkan putra putri adat bangsa dari ketertinggalan teknologi, pendidikan, ekonomi maupun masa depan.

Jika diulas lagi perihal kematiannya di depan Habibie Center, penulis berkesimpulan bahwa Jopi meninggal secara terhormat. Bisa jadi, Jopi meninggal di hadapa ilmuwan secerdas Habibie kemudian menorehkan bercak darah sebagai bukti bahwa perjuangan belum berakhir.

Apapun yang kalian komentari perihal seseorang cobalah untuk tidak melontarkan kalimat justifikasi, maupun tuduhan menyakitkan. Karena, kematian itu tanda kasih Tuhan bahwa dia ingin dekat dengan hamba-Nya(begitu bukan filosofi kematian?).

Untuk orang yang telah membunuh Jopi secara kejam, penulis berterimakasih, bisa jadi dia manusia jelmaan malaikat maut bagi Jopi. Kematian relawan Joko Widodo itu pertanda baik bagi siapapun menurut penulis. Meski tubuhnya telah dikebumikan jiwa dan raganya masih menempel di merah putih, seluruh penjuru Indonesia terkenang jasanya, perbuatannya, langkah beraninya dan kekuatannya memberantas "gajah" minyak yang selama ini menduduki ekonomi Indonesia.

Terima kasih, Bang Jopi.

Sampaikan salam kami kepada Tuhan agar Indonesia tetap hidup, meski kau sudah mati. 

0 komentar: