Memoar Si Tua Thariq (3)

..... Akhirnya, Maryam bertemu dengan istri ketiga Thariq, Badriah . Dia tidak menyangka sama sekali, bahwa Badriah sudi menginjakkan k...

.....

Akhirnya, Maryam bertemu dengan istri ketiga Thariq, Badriah. Dia tidak menyangka sama sekali, bahwa Badriah sudi menginjakkan kaki ke kediaman Thariq yang selama ini belum dia ketahui. Kemudian, tanpa basi-basi Maryam langsung mengajak Badriah masuk ke dalam rumah. 

Badriah seperti orang asing di rumah Thariq, dia hanya bisa menangis dan terdiam saat memasuki rumah suaminya yang dihuni oleh Maryam itu. Sedangkan aku, di dalam kamar menceritakan alasan kami berdua datang ke Jakarta. 

"Diculik?! tidak mungkin, jangan mengada-ada," kata Maryam seakan tidak percaya dengan apa yang aku ceritakan.

Kemudian, Badriah yang mendengar percakapan kami, membenarkan apa yang dikatakan aku. Dia menjelaskan panjang lebar kepada Maryam dan orangtuaku, sontak tangis Maryam pecah dan berteriak memanggil isteri pertama Thariq yang rumahnya berdekatan denganku.

Merekapun kaget, namun anak sulung mereka yang bertengkar hebat dengan Thariq malam itu tidak terlihat. Padahal, dia adalah orang satu-satunya yang paling dekat dengan kakekku. Pria berusia 40 tahun yang mengelola bisnis kakekku, semestinya dia mengetahui dan ikut memberikan solusi akan masalah ini. Tapi, dia memilih pergi entah kemana.

############################

Pagi harinya, semua keluarga bersepakat untuk melaporkan kejadian tersebut ke pihak kepolisian di Jakarta, meski kakekku hilang di Bandung. Beberapa hari setelah melapor, polisi langsung bergerak cepat dan akhirnya menemukan kakekku dalam kondisi luka lebam di sekitar wajah serta borgol besi melingkar di tangannya.

Semua isteri Thariq langsung memelukkanya karena hampir sepekan mereka khawatir dengan keberadaannya yang entah di mana. Setelah ditemukan, Thariq tidak disuruh pulang oleh polisi, dia ditahan selama sehari untuk diperiksa siapa dalang aksi penculikan kakek berusia 79 tahun itu. 

Kakekku yang tidak mengenal siapa penculiknya mengaku disekap dan ditampari seorang pria yang meminta uangnya kembali atau menyerahkan anaknya. Entah permasalahan apa yang dialami Thariq hingga mereka berani menculik dan meminta uang kepadanya sebesar seratus milyar. 

Setelah diusut oleh tim penyidik kepolisian, Thariq mengatakan bahwa anaknya pernah melakukan transaksi kepada seorang konglomerat dengan memperjualbelikan properti dan tanah. Dari bukti tersebut, polisi akhirnya memburu penculik itu dan juga anak Thariq yang diduga melakukan penipuan.

#########################

Belum genap sepekan polisi kembali menorehkan prestasinya dalam penangkap pelaku penculikan kakekku. Sambil menginterogasi si penculik polisi menemukan titik terang, bahwa mereka sengaja melakukan penculikan sebab Thariq dan keluarganya melakukan penipuan berskala besar. 

Penyidik mulai kebingungan dengan kasus tersebut, kemudian membentuk tim khusus untuk mengungkapkan sejauh mana peran Thariq dan keluarganya hingga akhirnya terjadi penipuan dan penculikan tersebut. 

Satu bulan tinggal di rumah, Thariq kembali dipanggil pihak kepolisian dengan membawa sejumlah berkas dan dokumen penting terkait adanya transaksi properti tersebut. 

Ternyata di dalam dokumen Thariq tertulis nama ayahku, bukan paman yang tempo hari berkelahi dengan kakekku. Aku terkejut mendengar nenek mengatakan bahwa ayahku terlibat dalam penipuan besar itu. Dia tidak menyangka bahwa ayahnya yang selama ini diam dan usaha sendiri tanpa bantuan Thariq ternyata telah melakukan penipuan yang melibatkan Thariq. 


Kakekku menjelaskan bahwa pertengkaran kemarin bersama anak sulungnya itu untuk membujuk Thariq agar menandatangani petisi terkait kebusukan ayahku yang telah menipu banyak orang. Thariq berteriak lantaran bersikeras tidak mau menandatanganinya surat itu lantaran ayahku merupakan anak kesayangannya dan selalu menurut apa yang diperintahkannya. 

Tak hanya itu, Maryam dan aku juga menjadi pertimbangan Thariq agar dia tidak dihukum atau dijebloskan ke dalam penjara. Cinta yang sedemikian besar kepada keluargaku membuat Thariq buta hingga dia terjerumus ke jurang yang salah. 


Kemana ayahku? dia tiba-tiba menghilang bersama pamanku. Setelah diselidiki, pamanku itu tengah mencari ayahku yang selama ini menghilang. Dia ingin menyerahkan ke polisi untuk membebaskan Thariq. 

Selama berbulan-bulan pamanku dibantu tim dari kepolisian mencari ayahku namun tidak mendapatkan titik terang. Banyak sumber mengatakan ayahku telah kabur ke luar negeri. Setelah aku berpikir panjang, aku ingat satu hal bahwa ayahku gemar sekali menonton film India, dan pernah mengatakan bahwa suatu saat nanti kami akan diboyongnya jalan-jalan ke India. 

Aku memberitahu pamanku untuk mencarinya di India. Namun, usulan itu tidak digubrisnya sama sekali. Dia tidak sedikitpun mendengarkan penjelasanku, akhirnya aku menceritakan hal tersebut kepada nenek karena dia orang satu-satunya yang akan mendengarkanku. 

"Gila, tidak mungkin ke India. Itu negara sangat luas, di mana kita mencarinya?," kata pamanku saat mendengarkan penjelasan nenek.

"Kita bisa bekerjasama dengan kedutaan dan juga polisi di sana, untuk membantu mencari," tambah nenek.

"Ide yang bagus, tapi kita memerlukan banyak uang untuk melakukan hal itu. Apakah kau sanggup mengeluarkan banyak uang?" tanya tim penyidik.

"Ok, demi ayahku," kata paman.

Kemudian mereka mencarinya di India hingga perbatasan Khatmandu sampai Dhaka. Selama tiga bulan pencarian mereka belum mendapatkan balasan dari negara tersebut. Hingga akhirnya paman beserta seluruh keluarga Thariq hilang harapan dan menyerahkan hal ini kepada Tuhan.

Mungkin ini karma bagi Thariq karena dia memiliki banyak isteri dan sering tidak berlaku adil kepada mereka. Mungkin ini jawaban dari doa-doa isteri Thariq dan keluarga karena merasa dizhalimi olehnya. Mungkin ini merupakan bagian cerita Thariq yang sudah ditakdirkan Tuhan.

###############################

Sepekan lagi, Thariq memasuki tahun pertama mengecap pahitnya kehidupan penjara. Dia tidak pernah mengeluh dengan kondisinya saat ini, Thariq mengaku penghuni penjara tidak melakukan hal kasar kepadanya seperti yang diceritakan orang banyak. Di dalam sel justru dia palig disegani, hal itu terjadi karena para napi iba terhadapnya setelah mendengar cerita yang begitu dramatis dari mulutnya sendiri. 

Di tahun pertama ini, Thariq merasa lega, karena kasusnya sudah P21 dan siap untuk disidangkan. Dia akhirnya bisa melihat kehidupan di luar penjara meski tangannya harus diborgol dan mengenakan baju tahanan berwarna oranye itu. 

Dalam persidangan, Thariq tidak memperdulikan masalahnya. Dia tampak begitu santai, aku yang merasa iba dengan kakek setelah melihat wajahnya yang begitu sumringah  dan terlihat bahagia seakan menutupi kesedihannya malah tidak merasakan kesedihan.

Sambil menunggu sidang dimulai, Thariq duduk di bangku kayu panjang di dalam ruang tahanan pengadilan yang berisi sepuluh orang lebih itu. Ada yang spesial dari perlakuan polisi jaga dengan si Tua Thariq, dia membiarkan Thariq duduk di bangku luar sebab mereka percaya tua bangka itu tidak akan kabur jadi memperbolehkan Thariq keluar ruangan yang sempit dan panas itu. 

Hingga saat ini, Thariq hanya mempercayakan masalahnya kepada majelis hakim. Sambil berdoa agar hakim menunjukkan keadilan dalam kasusnya tersebut. Selama dipersidangan Thariq tak pernah berhenti memutar biji tasbih dan berkomat kamit membaca kalam ilahi.

Keluarga yang datang ke persidanganpun tidak histeris seperti pertama kali Thariq ditangkap kemudian dipenjara oleh pihak kepolisian. Mereka hanya berdoa untuk keselamatan, kesehatan Thariq dan juga memohon kepada Tuhan, agar ayahku ditangkap dan memang seharusnya dia yang dipenjara bukan kakeku. (Sekian)

0 komentar: